Dari beberapa diskusi mendalam, ditemukan bahwa keberadaan wadah PKBM yang mampu menampung interaksi masyarakat dalam membangun diri mereka, harus diawali oleh proses pendidikan. Interaksi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan peningkatan dan penambahan pengetahuan, keterampilan dan pembentukan sikap baru dengan penyelenggaraan pendidikan baik di sekolah, Pendidikan di luar sekolah atau Pendidikan Non Formal
pada gilirannya juga memainkan peranan penting.
Proses pendidikan yang berlangsung akan membentuk sikap masyarakat baru dan ini akan menjadi parameter penting bagi keberhasilan penyelenggaraan pembangunan di masa mendatang.
Pembangunan yang mementingkan kelanggengan hasil pendidikan harus menempatkan masyarakat sebagai bagian dari awal perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan hasil pendidikan. Mengabaikan salah satu di antaranya akan mengurangi makna penting upaya pembangunan pendidikan itu sendiri. Berbagai bentuk interaksi dan peran serta masyarakat dapat diakomodasi dalam wadah PKBM.
Kegamangan pemerintah terhadap penyelenggaraan PKBM sebagai lembaga pendidikan non formal seperti ini berbanding lurus dengan keterbatasan pemahaman pemutus kebijakan dalam memahami pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan lebih diukur dengan berapa banyak komposisi barang material yang disumbangkan masyarakat terhadap dana stimulan pemerintah. Padahal komposisi immaterial milik masyarakat seperti proses pengambilan keputusan dan modal sosial lain juga perlu diperhitungkan.
Sekolah di satu sisi menawarkan peran sebagai ‘Pusat Pengetahuan’, namun keterbatasan yang dimiliki sekolah tidak memberi keleluasaan bagi masyarakat. Masyarakat untuk membangun menghendaki akses ‘Pusat Pendidikan’ tanpa batas seperti ditawarkan oleh PKBM. Sekolah hanya diperuntukkan untuk mereka yang terdaftar sebagai murid atau peserta didik. Sedangkan kebutuhan akses peningkatan pengetahuan diperlukan oleh setiap anggota yang tidak lagi sekolah.
PKBM sebagai wadah pemupukan peningkatan intelegensia masyarakat menjadi penting dan sudah saatnya ditingkatkan peranannya dalam konteks pembangunan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat dengan program-program yang lebih terarah sebagai bukti perhatian dari Pemerintah.
pada gilirannya juga memainkan peranan penting.
Proses pendidikan yang berlangsung akan membentuk sikap masyarakat baru dan ini akan menjadi parameter penting bagi keberhasilan penyelenggaraan pembangunan di masa mendatang.
Pembangunan yang mementingkan kelanggengan hasil pendidikan harus menempatkan masyarakat sebagai bagian dari awal perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan hasil pendidikan. Mengabaikan salah satu di antaranya akan mengurangi makna penting upaya pembangunan pendidikan itu sendiri. Berbagai bentuk interaksi dan peran serta masyarakat dapat diakomodasi dalam wadah PKBM.
Kegamangan pemerintah terhadap penyelenggaraan PKBM sebagai lembaga pendidikan non formal seperti ini berbanding lurus dengan keterbatasan pemahaman pemutus kebijakan dalam memahami pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan lebih diukur dengan berapa banyak komposisi barang material yang disumbangkan masyarakat terhadap dana stimulan pemerintah. Padahal komposisi immaterial milik masyarakat seperti proses pengambilan keputusan dan modal sosial lain juga perlu diperhitungkan.
Sekolah di satu sisi menawarkan peran sebagai ‘Pusat Pengetahuan’, namun keterbatasan yang dimiliki sekolah tidak memberi keleluasaan bagi masyarakat. Masyarakat untuk membangun menghendaki akses ‘Pusat Pendidikan’ tanpa batas seperti ditawarkan oleh PKBM. Sekolah hanya diperuntukkan untuk mereka yang terdaftar sebagai murid atau peserta didik. Sedangkan kebutuhan akses peningkatan pengetahuan diperlukan oleh setiap anggota yang tidak lagi sekolah.
PKBM sebagai wadah pemupukan peningkatan intelegensia masyarakat menjadi penting dan sudah saatnya ditingkatkan peranannya dalam konteks pembangunan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat dengan program-program yang lebih terarah sebagai bukti perhatian dari Pemerintah.