DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Mengapa Perencanaan pembelajaran Penting ?.............................1
B. Landasan yuridis….…………………………………………………..……….…………………..3
BAB 2 : ACUAN PANDUAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
A. Standar Perencanaan Pembelajaran ………………………………………..…………..4
1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran ………………………………………..….4
2. Jenis Perencanaan Pembelajaran………………..…………………………………….6
3. Tujuan Perencanaan Pembelajaran …………………………………………………..9
4. Pendekatan Penyusunan Perencanaan Pembelajaran…………………………9
5. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran………………………….………….12
6. Kriteria Perencanaan …………………………………………………………………..……14
B. Acuan Perencanaan Pembelajaran Alternatif……………………………………….15
1. Berdasarkan Acuan Kurikulum…………………………………………………………..15
2. Berdasarkan Acuan Model Pembelajaran………………………………….……….15
BAB 3 : PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
A. Standar Penyusunan Perencanaan Generik…………………………………………..17
1. Perencanaan Tahunan/Semester………………………………………..…………….17
2. Perencanaan Pembelajaran Pertema (Silabus)……………………………….…17
3. Perencanaan Kegiatan Harian……………………………………………………………24
B. Perencanaan Pembelajaran Alternatif…………………..……………………………….29
1. Model Pembelajaran Montessori……………………………………………………….29
2. Model Pembelajaran Proyek…….……………………………………………………….29
3. Model Pembelajaran Sentra……..……………………….…………………………….33
4. Model Pembelajaran Spielformen……………………………………………..…..34
5. Model Pembelajaran Alam……….……………………………………………………...36
6. Model Pembelajaran Simbiotis……………………………………………….……….38
7. Pendekatan BCCT…………………….……………………………….…………………….40
BAB 4 : PENUTUP…………………………………………………………….……….…………………………….42
Lampiran .……………………………………………………………………………………………………………….43
Daftar Pustaka
Merencanakan Kegiatan Pembelajaran di Kelompok Bermain
Oleh : Drs. Hapidin, MPd.
A. MENGAPA PERENCANAAN ITU PENTING ?
Penyelenggaraan perencanaan pembelajaran merupakan awal dari sebuah proses pembelajaran. Bagian utama dalam pelaksanaan kurikulum di sebuah lembaga pendidikan terdapat di proses pembelajaran. Oleh karena itu guru atau pendidik dituntut dapat mendisain dan melaksanakan sebuah proses pembelajaran. Hal tersebut menjadi salah satu tugas profesional seorang guru. Dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru dapat menggunakan landasan konsep teori perencanaan pembelajaran atau dikenal dengan instructional planning atau konsep perencanaan yang dikehendaki dalam kurikulum. Kurikulum memuat berbagai konsep pengaturan kegiatan pendidikan, diantaranya adalah kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Hal ini memberikan isyarat bahwa sebelum merencanakan pembelajaran, guru harus memahami konsep kurikulum yang menjadi kesepakatan dalam penyelenggaraan pendidikan. Konsep kurikulum yang dimaksud tidak hanya kurikulum generik (umum) yang biasannya disusun dan dikembangkan pemerintah tetapi juga meliputi kurikulum yang secara khas dipergunakan dan dikembangkan oleh suatu lembaga pendidikan.
Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di Indonesia, pemerintah telah memberlakukan beberapa kebijakan tentang pemberlakuan dan penggunaan kurikulum pada setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan. Pola perubahan kurikulum tersebut dengan berbagai latar belakangnya telah memberi pengaruh pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran, termasuk kegiatan merencanakan pembelajaran. Sebelum pemberlakuan KTSP, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan bagian yang secara teknis diatur dalam kurikulum sehingga muncul bentuk panduan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis kegiatan belajar mengajar. Bentuk panduan seperti itu tidak diadakan lagi dalam pelaksanaan KTSP sesuai dengan semangat desentralisasi dan menajemen berbasis sekolah. Pelaksanaan KTSP dalam bentuk teknis merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sepenuhnya diserahkan pada pihak penyelenggara pendidikan, khususnya guru sebagai tenaga profesional. KTSP hanya memuat konsep atau rumusan-rumusan umum tentang perencanaan silabus dan kegiatan pembelajaran. Rumusan umum tersebut dapat dijadikan landasan berpikir guru untuk membuat berbagai bentuk perencanaan pembelajaran dan pola kegiatan pembelajaran secara bebas, variatif dan kreatif. Dengan demikian, kebijakan kurikulum tidak lagi membelenggu tugas profesional guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Penjabaran di atas menggambarkan bahwa perencanaan merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu perencanaan pembelajaran harus dipersiapkan sebaik mungkin dan bukan hanya untuk memenuhi persyaratan administrasi akademik. Terlebih lagi dalam perencanaan pembelajaran dapat terlihat pemahaman dokumen normative dan alternative, dan menuangkan pemahaman itu menjadi dokumen aplikatif (silabus dan RKH) yang siap dilaksanakan. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran yang didisain oleh guru merupakan salah satu bukti profesionalisme.
B. LANDASAN YURIDIS
Kerangka landasan yuridis dimaksudkan memberikan acuan hukum dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan undang – undang. Ada pun undang – undang yang dijadikan rujukan adalah :
1. Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 28.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
C. RUANG LINGKUP PERENCANAAN
Ruang lingkup perencanaan pembelajaran anak usia dini terdiri dari :
1. Perencanaan Tahunan/Semester.
2. Perencanaan pembelajaran pertema (silabus).
3. Perencanaan kegiatan harian (RKH).
D. Acuan Dalam Merencanakan Kegiatan Pembelajaran
Dalam (peristilahan), konsep atau rumusan “perencanaan” seringkali digunakan. Sebagai contoh, sebelum suatu keluarga mengadakan resepsi pernikahan atau khitanan biasanya keluarga tersebut memperkirakan dan menyusun kebutuhan yang diperlukan untuk kepentingan resepsi. Disamping itu juga disusun langkah-langkah kerja yang akan dilakukan sampai terlaksananya acara resepsi yang diinginkan, misalnya pendataan undangan, pembuatan surat, penyebaran undangan, peminjaman gedung serta alat-alat lainnya yang diperlukan.
Dalam berbagai kamus, kita dapat menemukan pengertian istilah “perencanaan”. Menurut kamus Administrasi yang disusun The Liang Gie, perencanaan diartikan sebagai :
“Suatu aktivitas yang menggambarkan di muka hal-hal yang harus dikerjakan dan cara mengerjakannya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan” (The Liang Gie, 1972, h.316).
Aktivitas yang dimaksud dalam pengertian tersebut bisa berwujud memikirkan, memperkirakan dan menyusun suatu rancangan kegiatan. Murdick dan Ross (1982, p.53) memberikan batasan perencanaan sebagai “the tought that procedes the action it involves development and selection from alternatives on the necessary course of action to objectives”.
Dalam definisi tersebut, Murdick dan Rose menekankan kegiatan perencanaan pada kegiatan pemikiran untuk merancang _nsure_or_e-alternatif tindakan yang diperlukan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Pendapat tersebut sejalan dengan pandangan Ely (1979, h.7), yang membatasi pengertian perencanaan sebagai suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan.
Perencanaan sebagai suatu proses dipandang Oemar Hamalik memiliki beberapa tahapan. Beberapa tahapan yang dimaksud adalah :
1. Menetapkan _nsure pengajaran.
2. Merumuskan tujuan pengajaran.
3. Merencanakan dan melaksanakan evaluasi.
4. Mendeskripsikan dan mengkaji tugas.
5. Melaksanakan prinsip-prinsip pengajaran.
Kelima langkah tersebut merupakan kegiatan integral, dimana antara langkah yang satu berkaitan dengan langkah lainnya. Dalam konsepsi ini, pengertian perencanaan sudah dikaitkan dengan kegiatan pengajaran.
Dalam membuat perencanaan pengajaran penting sekali diperhatikan memandang pengajaran sebagai suatu sistem tersebut, sehingga guru memperhatikan berbagai segi yang esensial atau mendasar dalam kegiatan pengajaran. Bentuk pengajaran utuh sebagai suatu _nsure akan mengandung materi (bahan yang akan diajarkan), tujuan atau kemampuan yang akan dicapai, proses belajar mengajar yang akan diciptakan dan mendukung tercapainya tujuan, metode yang sesuai, media yang akan digunakan, fasilitas yang akan digunakan serta bentuk dan prosedur evaluasi yang akan dilakukan.
Uraian diatas memberikan beberapa kesimpulan yang dapat ditarik yaitu konsep perencanaan, pengajaran/pembelajaran dan perencanaan pengajaran/pembelajaran. Perencanaan dapat dipandang sebagai suatu proses merumuskan, menyusun dan menentukan _nsure_or_e langkah-langkah yang dilakukan dengan cara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pengajaran dapat diartikan sebagai suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan guru untuk menciptakan dan mengembangkan situasi atau iklim kelas (kegiatan belajar mengajar) yang mendorong, merangsnag serta menantang anak didik (siswa) untuk melakukan kegiatan belajar secara optimal. Berdasarkan kedua rumusan tersebut dapat disusun rumusan pengertian tentang perencanaan pengajaran. Perencanaan pengajaran dapat dipandang sebagai suatu proses merumuskan, menyusun dan menentukan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
Dengan demikian jelaslah bahwa suatu perencanaan pengajaran mutlak diperlukan dan dilakukan jika guru ingin melakukan kegiatan pengajaran secara sistematis dan logis. Pelaksanaan kegiatan pengajaran yang sistematis dapat menghasilkan kegiatan belajar yang teratur dan dapat dikontrol.
2. Jenis Perencanaan Pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran dilihat dari alokasi waktu terdiri atas 3, yaitu:
a. Perencanaan Tahunan/Semester.
Perencanaan kegiatan di awal tahun merupakan salah satu tahapan awal yang harus dilakukan oleh beberapa guru. Perencanaan ini akan menggambarkan susunan strategi yang dilakukan lembaga dan juga guru dalam mencapai tujuan. Ada pun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan perencanaan tahunan ini yaitu kalender akademik, sebaran tema dalam satu tahun dan jumlah indikator di setiap aspek perkembangan.
Ruang lingkup perencanaan tahunan ini meliputi perencanaan kegiatan rutin, seperti kegiatan pentas seni, memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia atau kegiatan memperingati hari besar lainnya. Perencanaan lainnya berkaitan dengan tema atau pun dengan kompetensi, seperti pejalanan sekolah (field trip), bazar (market day), atau kegiatan lainnya yang menunjang pembelajaran.
Hal tersebut di atas merupakan perencanaan yang berkaitan dengan kegiatan anak. Perencanaan tahunan juga memuat tujuan pengembangan di setiap aspek. Tujuan pembelajaran dalam kurikulum KTSP terdapat dalam standar isi yang memuat standar perkembangan, perkembangan dasar dan indikator.
b. Perencanaan pembelajaran pertema (silabus).
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus sebagai acuan pengembangan rencana kegiatan harian memuat identitas aspek perkembangan, tema/sub tema, Standar Perkembangan, Perkembangan Dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian perkembangan, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Perkembangan (SP) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan silabus bertujuan untuk memaparkan perencanaan pembelajaran yang ada dalam silabus.
Dalam perancangan format silabus, sebaiknya dapat memperlihatkan keterkaitan antara satu aspek perkembangan dengan perkembangan lainnya. Dengan demikian, gambaran pembelajaran yang terpadu (holistic) dan terintegrasi dapat terlihat di silabus. Hal penting yang harus dilakukan guru kelompok bermain sebelum menyusun silabus yaitu menganalisa jaringan tema. Dengan adanya tema sebagai pengait antar kegiatan yang akan dilaksanakan untuk pengembangan di berbagai aspek perkembangan, maka pembelajaran yang akan dilakukan oleh anak merupakan satu kesatuan yang utuh.
c. Perencanaan kegiatan harian (RKH).
Dengan memperhatikan aktivitas pembelajaran dalam dalam satu minggu pada silabus, guru telah siap untuk mengembangkan satuan acara permainan atau satuan acara pembelajaran atau sebutan lainnya yang dapat memberikan kesan tentang rancangan kegiatan permainan edukatif. Sebelum satuan acara permainan dikembangkan guru dari silabus perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Guru harus menguasai struktur tema yang telah ditetapkan sebelumnya, terutama dari aspek kedalaman, keterkaitan, kesinambungan, kedekatan, ketertarikan dari tema-tema (sub-sub temanya) dalam kehidupan anak.
2. Rancanglah beberapa alternatif kegiatan permainan (pembelajaran) yang sesuai, tepat, dan menarik pada tema yang ada dalam program mingguan dengan mempertimbangkan hubungan antara beberapa indikator dan hasil belajar dari satu kompetensi dasar tertentu (lintas rumpun pengembangan atau dapat disebut pula hubungan kompetensi lintas kurikulum).
3. Susunlah beberapa aktivitas permainan (pembelajaran) tersebut dalam langkah kegiatan pembelajaran seperti yang tercantum dalam format Rencana Kegiatan Harian (RKH) . Format ini juga tidak dibakukan oleh pemerintah.
4. Tentukanlah _nsure_or dan hasil belajar yang sesuai pada hari tersebut atau _nsure_or lain yang dapat dicapai melalui berbagai kegiatan permainan yang akan dilakukan.
Rencana kegiatan harian sebagai gambaran perencanaan secara terperinci tentang kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari itu melihat dari perencanaan dalam silabus.
3. Tujuan Perencanaan Pembelajaran.
Tujuan perencanaan pembelajaran dapat diidentifikasi seperti dibawah ini:
a. Guru dapat melakukan kegiatan pengajaran dengan menggunakan pendekatan
b. Guru dapat menjajaki dan mengontrol seluruh proses belajar mengajar yang akan berlangsung/terjadi.
c. Guru dapat memperagakan media secara integral (terpadu).
d. Guru dapat menghindarkan diri dari kelupaan dan kebimbangan selama proses belajar mengajar berlangsung.
e. Anak didik (siswa) dapat dipersiapkan terlebih dahulu untuk menerima dan mengkaji suatu bahan / materi pengajaran.
f. Guru dapat meningkatkan hasil belajar secara efektif dan efesien.
g. Proses kegiatan belajar mengajar akan lebih lancer.
4. Pendekatan Penyusunan Perencanaan Pembelajaran
Ada sejumlah konsep yang dapat menjadi rujukan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2004, baik untuk Taman Kanak-kanak maupun Sekolah Dasar. Beberapa konsep yang dimaksud termuat dalam pendekatan dan prinsip kegiatan belajar mengajar kurikulum KTSP, diantaranya adalah :
- Pendekatan 5 pilar pendidikan.
Kegiatan belajar mengajar kurikulum KTSP menggunakan pendekatan 5 pilar pendidikan mempunyai maksud bahwa dalam pelaksanaan KTSP menghendaki guru merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan murid tidak hanya belajar untuk sekedar mengetahui tentang sesuatu (learning how to know) tetapi kegiatan pembelajaran yang membimbing murid dapat melakukan atau menerapkan berbagai hal yang diketahui (learning how to to), membentuk dan memiliki sikap atau nilai tertentu (learning how to be) dan menggunakan pengetahuan, nilai dan sikap dalam berinteraksi dengan orang lain (learning how to live together), keempat pilar tersebut dipayungi pilar IMTAQ (iman dan taqwa kepada Tuhan YME).
- Pendekatan Inquiri.
Pendekatan inquiri yang akan membantu murid tidak sekedar memperoleh hasil belajar yang optimal melainkan juga memperoleh berbagai keterampilan inquri yang dalam berbagai hal ditunjukkan oleh pengguasaan keterampilan proses. Keterampilan proses akan membantu murid agar proses pemerolehan berbagai konsep pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan nilai-nilai dilakukannya sendiri melalui sejumlah proses seperti mengamati, mencari, menemukan, mengklasifikasi, membedakan, mendiskusikan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.
- Pendekatan konstruktivisme.
Pendekatan ini meyakini bahwa setiap anak didik mempunyai kemauan dan kesanggupan dalam mencari, menemukan dan membangun sendiri pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai. Tugas guru yang utama adalah sebagai disainer, motivator dan fasilitator.
- Pendekatan Jaringan pengetahuan.
Pendekatan ini mengaitkan pengetahuan yang satu dengan yang lain menjadi pengetahuan yang utuh.
- Pendekatan sistem.
Guru dapat melakukan kegiatan pengajaran dengan menggunakan pendekatan _nsure. Dalam hal ini, guru akan melaksanakan kegiatan pengajaran dengan mempertimbaangkan berbagai komponen yang seharusnya ada dalam suatu kegiatan pengajaran yang utuh (totalitas). Komponen perencanaan tersebut terdiri kemampuan (tujuan) yang akan dicapai, Pola kegiatan belajar mengajar yang akan disusun untuk mencapai target kemampuan (tujuan) yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan materi/bahan yang akan disampaikan, metode dan media yang sesuai dan akan digunakan, fasilitas yang diperlukan serta jenis dan prosedur penilaian yang akan dilakukan.
Gbr. 1
Perencanaan dengan pendekatan sistem
5. Prinsip-Prinsip Perencanaan Pembelajaran
Selain acuan pendekatan pembelajaran di atas yang dijadikan rujukan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, kurikulum berbasis kompetensi telah menyediakan sejumlah prinsip dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sejumlah prinsip yang dimaksud adalah :
a. Berpusat pada Siswa (Child Centre).
Hal ini berarti bahwa pusat kegiatan pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar harus bertitik tolak atau bertumpu pada aktivitas siswa sebagai individu yang belajar.
b. Belajar dengan Melakukan (Learning by Doing).
Prinsip ini didasarkan pada semangat bahwa pendidikan bukan sekedar proses pengalihan pengetahuan (transfer of knowledge) sehingga belajar hanya sekedar tahu (learning how to know) namun pendidikan atau pembelajaran harus mengantarkan dan membimbing anak didik untuk melakukan atau mengimplementasikan berbagai pengetahuan yang dimiliki dalam berbagai tindakan yang nyata dan bermakna dalam keihidupan anak itu sendiri (learning how to do). dalam kehidupan nyata.
c. Mengembangkan Kemampuan Sosial.
Kegiatan belajar mengajar seharusnya dapat memberikan sejumlah pengalaman nyata pada anak didik melalui berbagai interaksi sosial dengan teman sejawatnya dan sumber belajar lain.
d. Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi dan Fitrah Bertuhan
Fitrah ber-Tuhan merupakan bekal potensi yang diamanahkan dan diberikan Tuhan pada setiap anak agar dapat dipelihara dan dikembangkan sehingga kelak anak didik menjadi pribadi dewasa yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan sesuai dengan kaidah yang diajarkan dalam agama.
e. Mengembangkan keterampilan Pemecahan Masalah
Hal ini berarti bahwa kegiatan belajar mengajar harus memberikan kesempatan pada anak didik untuk memilki berbagai keterampilan memecahkan dalam rangka penguasaan bidang studi atau bidang pengembangan tertentu.
f. Mengembangkan Kreativitas Siswa
Prinsip ini mengharuskan guru menyediakan dan menciptakan lingkungan belajar mengajar yang memberikan kesempatan dan bimbingan pada anak didik untuk bersikap dan perilaku kreatif.
g. Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Ilmu dan Teknologi
Kegiatan belajar mengajar harus memberikan kesempatan dan fasilitas pada anak didik untuk mengenal, memahami dan menggunakan ilmu dan teknologi dalam berbagai aktivitas kehidupan.
h. Menumbuhkan Kesadaran Sebagai Warga Negara yang Baik
Hal ini memberikan isayarat bahwa kegiatan belajar mengajar yang diciptakan guru seharusnya dapat memberikan kesempatan pada anak untuk mempelajari berbagai potensi dan kelemahan bangsa sehingga dapat membentuk diri sebagai warga negara yang tangguh dan bertanggung jawab.
6. Kriteria Perencanaan yang Baik.
Perencanaan yang baik secara umum mempunyai batasan atau tolok ukur, sebagai berikut :
1. Pemilihan sarana dan prasarana dilakukan secara seimbang dan relevan (sesuai) dengan situasi dan kondisi yang akan dihadapi.
2. Strategi dipilih dan ditentukan sesuai dengna ketentuan dan keadaan dalam situasi tertentu.
3. Perencana hendaknya memiliki “a sense of strategy” yaitu suatu kemampuan (“kepekaan”) dalam menyusun dan mengumpulkan kekuatan yang ada untuk memilih kedudukan yang menguntungkan dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapi.
4. Memperhitungkan segi-segi yang nampak akan mempengaruhi ketercapaian tujuan yang akan diharapkan.
Adapun kriteria perencanaan pengajaran secara khusus akan mencakup :
1. Tujuan dan sumber harus jelas sebelum perencanaan disusun dan dirumuskan.
2. Adanya keterkaitan antara komponen yang terdapat dalam sistem pengajaran dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Adanya koreksi terhadap setiap kemajuan yang telah dicapai.
4. Perencanaan pengajaran harus relevan dengan kegiatan lainnya, seperti kegiatan bimbingan di TK.
5. Adanya koordinasi dalam hal tenaga, biaya, fasilitas, peralatan dan waktu.
6. Adanya evaluasi secara bertahap terhadap kemajuan yang telah diperoleh sebagai umpan balik (feed back) perbaikan atau pengembangan lebih lanjut.
B. ACUAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN ALTERNATIF
Dalam menyusun perencanaan pembelajaran ada beberapa alternative acuan/pedoman. Beberapa alternative tersebut yaitu :
1. Berdasarkan acuan kurikulum.
Perencanaan yang mengacu pada kurikulum konvensional seperti KTSP, memiliki 3 tahapan perencanaan yaitu dimulai dari perencanaan yang disususn selama satu tahun ajaran, lalu di turunkan menjadi perencanaan persemeter. Dari perencanaan selama satu semester tersebut diperjelas dalam perencanaan persatuan waktu seperti pertema yang dinamakan silabus, dan terakhir dari silabus dituangkan dalam perencanaan kegiatan harian.
Tujuan pembelajarannya pun mengacu pada standar perkembangan kurikulum yang dipakai. Tidak hanya itu, akan tetapi pendekatan, prinsip dan tahapan perencanaan proses kegiatan pembelajaran pun mengacu pada kurikulum yang dipakai. Saat ini kurikulum yang sedang disosialisasikan oleh pemerintah yaitu KTSP, maka semua perencanaan sebagai bagian dari proses pembelajaran terdapat dalam standar proses.
2. Berdasarkan acuan model pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan suatu set disain atau rancangan isi dan langkah-langkah yang akan dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai alternatif lain yang dapat digunakan sebagai acuan merumuskan perencanaan pembelajaran yaitu dengan mengacu pada model pembelajaran yang dipakai oleh lembaga pendidikan tersebut. Adapun beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini yaitu :
1. Model pembelajaran Montessori.
2. Model pembelajaran proyek.
3. Model pembelajaran sentra
4. Model pembelajaran spielformen.
5. Model pembelajaran alam.
6. Model pembelajaran simbiosis.
8. Pendekatan BCCT.
Sebagai set disain dalm pembelajaran, model pembelajaran memiliki komponen yang masing-masing dari komponen tersebut menggambarkan ciri khas dan keunikan dari model pembelajaran tersebut.
Gbr. 2
Komponen Perencanaan Pembelajaran
A. STÁNDAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN GENERIK.
1. Perencanaan Tahunan / Semester.
Untuk satu tahun sudah ditentukan dan disusun pembiasaan-pembiasaan dan keterampilan/kemampuan yang diharapkan dicapai dalam standar isi. Di samping itu telah dipilih juga tema-tema yang dekat dengan dan sesuai dengan minat anak. Dari rencana satu tahun ini dibagi menjadi tiga bagian sehingga didapatkan perencanaan satu catur wulan. Beberapa langkah yang harus ditempuh oleh seorang pendidik dalam membuat perencanaan tahunan dan semester :
1) Untuk memulai kegiatan awal tahun ajaran baru, antara lain penyusunan jadwal dan pengadaan fasilitas yang diperlukan demi kelancaran pelaksanaan program kegiatan bermain anak didik.
2) Kegiatan semester antara lain menyiapkan program kegiatan mingguan dan harian serta pembelajaran fasilitas-fasilitas keperluan semester.
2. Perencanaan Pembelajaran pertema (silabus).
Untuk perencanaan mingguan, guru diharapkan membuat satuan kegiatan pertema atau dapat juga perminggu. Silabus ini berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai kemampuan-kemampuan yang telah direncanakan dalam waktu per tema atau satu minggu sesuai dengan tema pada minggu itu, dan segala sesuatu yang harus disiapkan oleh guru yang ada kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan pada minggu yang bersangkutan.
Sesuai dengan prinsip pembelajaran terpadu, suatu silabus sebaiknya tidak diterjemahkan untuk satu kepentingan pembelajaran satu bidang pengembangan tertentu seperti yang dicontohkan selama ini. Silabus yang dikembangkan secara parsial (terpisah) atau sendiri-sendiri akan menyulitkan pelaksanaan pembelajaran terpadu dan utuh antara satu pengembangan dengan pengembangan lainnya. Silabus pembelajaran terpadu harus menunjukkan keutuhan pembelajaran antara satu pengembangan dengan pengembangan lainnya.
Langkah-langkah penyusunan silabus :
1. Menentukan dan mengembangkan jaringan tema
Pemilihan tema dan Jaringannya merupakan langkah yang paling penting dan utama agar prinsip kebermaknaan dan pengembangan life skill dapat dilakkukan. Dalam GB PKB TK 1994, penentuan tema sudah sekaligus disusun dan ditetapkan oleh kurikulum namun dalam KTSP pemilihan dan pengembangan tema diserahkan pada lembaga pembina dan penyelenggara. Bagi lembaga penyelenggara yang telah memiliki kemandirian dalam pengembangan kurikulum dapat memilih dan mengembangkan jariangan tema dengan mempertimbangkan beberapa prinsip sebagai berikut :
1. Tema dan jaringannya dipilih dan ditentukan berdasarkan kecenderungan pusat minat anak.
2. Tema dan jaringan dipilih berdasarkan persepsi anak bukan persepsi orang dewasa.
3. Tema dan jaringannya dipilih berdasarkan pada objek atau aktivitas yang paling dekat dengan anak dan berangsur-angsur sampai pada tema yang paling jauh.
4. Tema dan jaringannya dipilih dan diangkat dari kehidupan, kebiasaan dan tindakan yang dilakukan anak dalam kehidupan sehari-hari.
5. Tema dan jaringannya mempunyai makna bagi anak dalam kehidupannya pada waktu sekarang dan yang akan datang.
Setiap tema dan jaringannya yang dipilih, seorang pengembang dapat melanjjutkan pekerjaan untuk mencari, menemukan dan mengidentifikasi berbagai konsep yang akan dijadikan sebagai bahan pembelajaran atau bagian kompetensi yang harus dikuasai. Penjelasan tersebut dapat diulas dalam bentuk langkah praktis sebagai berikut:
1. Buatlah tema-tema besar sesuai dengan prinsip di atas.
2. Untuk membuat jaringan tema, bertanyalah pada anak apa yang dia pikirkan, rasakan atau alami dan ingin dibicarakan tentang suatu tema. Sebagai contoh, jika kita tanyakan pada anak tentang Tanaman maka jawaban anak biasanya akan beragam seputar tumbuh atau membesar (proses pertumbuhan), ada daun, bunga dan buah (bagian-bagian tanaman), disiram atau dipupuk (cara merawat tanaman), dijual sama si abang sayur (pemasaran tanaman dan hasilnya), bisa dimakan (cara mengolah) dst., Dari hasil pembicaraan kita dengan anak seputar tanaman dapat disusun jaringan tema sebagai berikut :
PENGEMBANGAN JARINGAN TEMA DAN SILABUS PEMBELAJARAN
ALOKASI WAKTU : 4 MINGGU
TEMA : PLANTS
2. Menentukan tujuan dan konsep yang akan dikembangkan dari tema
Tujuan dan konsep yang dikembangkan ini akan menjadi bahan yang akan dikembangkan lebih lanjut dalam berbagai bentuk pengembangan bahan ajar, pendekatan/metode, media dan sumber belajar serta langkah-langkah pembelajaran dan strategi pelaksanaannya. Berdasarkan tema dan jaringannya di atas dapat disusun tujuan dan konsep yang dikembangkan sebagai berikut :
a. Tujuan
1) Anak dapat memberikan gambaran tentang proses pertumbuhan tanaman.
2) Anak dapat menyampaikan bagian-bagian tanaman.
3) Anak dapat mencoba cara-cara merawat tanaman.
4) Anak mengamati cara mengolah tanaman menjadi berbagai bentuk yang bermanfaat.
b. Konsep yang Dikembangkan
Melalui pembahasan tema tanaman, anak akan belajar :
1) Tanaman dapat tumbuh dengan berbagai ukuran.
2) Tanaman membutuhkan air, tanah dan pupuk untuk tumbuh dengan baik.
3) Setiap tanaman mempunyai bagian-bagian yang mempunyai fungsi yang berbeda.
4) Ukuran daun berbeda antara tanaman satu dengan lainnya.
5) Tanaman dapat diolah menjadi makanan, obat dan hiasan.
3. Memilih indikator dari kompetensi dasar bidang pengembangan yang sesuai
Tahap ketiga dalam pengembangan silabus adalah memilih indikator dari kompetensi dasar bidang pengembangan tertentu. Jika indikator, hasil belajar dan kompetensi dasar telah diorganisasikan pemetaannya dalam program semester maka pada masing-masing tema sudah diketahui bidang pengembangan (termasuk SP, PD dan Indikator) mana saja yang diprogram atau terkait pada tema tersebut. Pengorganisasi struktur kompetensi dapat disusun dalam bentuk matriks seperti matriks yang telah dikenal dalam GBPKB TK 1994. Perlu menjadi perhatian bahwa matriks program semester tidak dimaksudkan untuk membatasi ruang perencanaan pembelajaran tetapi justru lebih memudahkan guru untuk memilih indikator bidang pengembangan mana saja yang akan dijadikan kegiatan pembelajaran pada suatu tema. Penetapan suatu indikator dalam suatu tema didasarkan atas berbagai pertimbangan seperti pengalaman dalam melaksanakan KBM, perhatian dan aktivitas permainan yang biasa dilaksanakan anak, kebermaknaan tema tersebut untuk mencapai suatu indikator tertentu. Dengan demikian, pemilihan indikator dalam pengembangan silabus tidak asal mencomot berdasarkan pertimbangan sesaat tanpa penelaahan urgensinya dalam suatu tema. Matriks pada dasarnya merupakan pengorganisasian Pengembangan Dasar, Standar Perkembangan dan indikator berdasarkan urutan dan cara anak mencapai atau menguasainya ditinjau dari perkembangan anak secara normatif. Pengorganisasian tersebut sekaligus memperlihatkan struktur kompetensi mana saja yang berurut (bergradasi) dan berulang untuk mencapainya sesuai kepentingan dan kebermaknaanya dalam sebuah tema. Dengan demikian, matriks akan menunjukkan hubungan antara struktur kompetensi dengan tema dan jaringannya. Walaupun tidak menjadi keharusan, sebuah matriks akan sangat membantu guru untuk menata struktur kompetensi dalam suatu tema dan jaringannya sehingga dapat dipetakan dengan lebih mudah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan ditetapkan meliputi:
1) Tema kegiatan
2) Kelompok yang akan melakukan kegiatan bermain
3) Semester dan tahun ajaran
4) Jumlah waktu
5) Hari dan tanggal pelaksanaan
6) Jam pelaksanaan
7) Tujuan kegiatan bermain
8) Materi yang akan dimainkan sesuai dengan tema
9) Bentuk kegiatan bermain
10) Setting lingkungan
11) Bahan dan alat yang diperlukan dalam bermain
12) Evaluasi perkembangan anak.
B. Ilustrasi Penyusunan Silabus
Dengan memperhatikan langkah-langkah di atas, guru dapat menyusun, memodifikasi dan mengembangkan silabus dari tema yang dikehendaki. Format sebuah silabus jangan dibuat permanen tetapi sebaiknya dapat diatur dan dimodifikasi secara luwes. KTSP tidak mengendaki lagi adanya format standar yang harus seragam dari Sabang sampai Merauke seperti yang terjadi pada kurikulum sebelumnya sehingga kurang memberikan ruang gerak kreativitas guru, terutama dalam mengembangkan rencana pembelajaran. Berikut disampaikan beberapa contoh format dan cara mengisi silabus untuk pembelajaran anak usia dini.
3. Perencanaan Kegiatan Harian (RKH).
Komponen-komponen yang harus ada dalam Rencana Kegiatan Harian yaitu :
1. Identitas kelompok belajar.
Identitas kelompok belajar yang dimaksud yaitu , meliputi: satuan pendidikan, nama kelompok, semester, aspek perkembangan, tema, jumlah pertemuan.
2. Standar Perkembangan.
Standar perkembangan merupakan kualifikasi minimal peserta didik yang menggambarkan ketercapaian perkembangan disetiap aspek.
3. Perkembangan dasar.
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
4. Indikator pencapaian kompetensi.
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5. Tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. Materi.
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7. Alokasi waktu.
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
8. Metode pembelajaran.
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik sert karakter dari setiap indicator dan kompetensi yang akan dicapai.
9. Kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran di kelompok bermain harus menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang memberikan kesempatan pada anak didik untuk mencari, menemukan dan membangun sendiri pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang berguna dan diperlukan dalam hidupnya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru akan berperan sebagai Sebagai disainer, guru bertugas merancang kegiatan pembelajaran yang melibatkan berbagai keunggulan model, metode, materi, media dan sumber belajar dari berbagai lingkungan yang memungkinkan anak didik belajar secara mandiri. Sebagai motivator, guru bertugas untuk membangun kemauan, minat dan perhatian anak didik tentang berbagai objek atau peristiwa yang dipelajari. Tugas guru sebagai fasilitator adalah menciptakan suasana lingkungan (didalam dan diluar kelas) yang memberikan kemudahan dan kelancaran bagi anak didik untuk mencari, menemukan dan membangun sendiri pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai. Falsafah dan pengertian tersebut perlu dan harus menjadi rujukan bagi guru dalam memilih salah satu model pembelajaran konstruktivisme, baik dalam membuat perencanaan maupun pelaksaan pembelajaran.
Tahapan kegiatan pembelajaran di kelompok bermain pada umumnya terdiri dari tiga tahapan yaitu pendahuluan, inti dan penutup. Dalam pelaksanaanya, tahapan pembelajaran sangat tergantung dari model pembelajaran apa yang menjadi dasar pelaksanaan pembelajaran di kelompok bermain tersebut. Tahapan kegiatan konvensional terdiri dari 3 tahap, yaitu :
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
10. Penilaian hasil belajar.
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
11. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Adapun contoh format RKH (terurai) dapat disusun sebagai berikut :
SATUAN ACARA PERMAINAN
KELOMPOK : A /
SEMESTER : I / II
TEMA : Tanaman
SUB TEMA : Bagian-bagian tanaman
HARI/TANGGAL : Senin-Selasa, 2-3 Februari 2009
A. Kompetensi Dasar
1. Moral /Agama (PD-1/I-7 Mengucapkan lafaz Allahu Akbar)
2. Sosial Emosional (PD-2/I-5 Menunjukkan kerjasama menanam tanaman)
3. Bahasa (PD-2/I-6 Memberikan keterangan tentang keadaan tanaman)
4. Kognitif Sains (PD-1/I-4 Mencoba proses penyerapan air oleh tanaman)
5. Fisik/Motorik Halus (PD-2/I-5 Membuat sesuatu bentuk dengan menggunakan bagian tanaman yang tidak terpakai)
6. Fisik/Motorik Kasar (PD-1/I-4 Menirukan gerakan mencangkul)
7. Seni/Musik (PD-2/I-3 Menyanyi “menanam jagung”)
B. Metode
1. Story Telling (menyampaikan cerita)
2. Praktik langsung
3. Bernyanyi
4. Eksperimen
5. Resitasi
C. Media dan Sumber Belajar
1. Lingkungan sekitar
2. Gambar proses pertumbuhan
3. Alat-alat menanam
4. Air dan tanah
D. Langkah Pembelajaran
1. Pembukaan
Story Telling pengetahuan dan pengalaman anak tentang tanaman (bisa dilakukan dalam circle time)
2. Observasi
Praktek langsung mengamati dan menanam tanaman.
Eksperimen tanaman menghisap air.
3. Asosiasi
Tanya jawab menghubungkan tanaman dengan bagian lainnya (buah, bibit, penjual, pengolah/pengrajin, pabrik, makanan, kendaraan, pasar, toko, mall, supermarket)
4. Ekspresi
Resitasi membuat cincau dan minyak sayur.
Bernyanyi dan menari menanam jagung.
5. Penutup
Tanya jawab menyimpulkan kegiatan yang sudah dilakukan.
E. Penilaian
1. Porto folio
2. Observasi
No | Indikator | Kriteria/Nama Anak | Ket | ||
CB | BK | BM | |||
1. | |||||
2. | |||||
3. | |||||
4. |
Jakarta, 14 Februari 2009
Guru Kelas
(…………………………)
B. PERENCANAAN PEMBELAJARAN ALTERNATIF.
Seperti yang telah dibahas di atas bahwa setiap model memiliki prosedur dan tahapan pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berikut adalah beberapa contoh prosedur dan tahapan dalam model pembelajaran.
1. Model Pembelajaran Montessori.
Langkah-langkah jalan pengajaran yang dipakai untuk memasukan bahan pengajaran dalam jiwa anak selalu sama, yaitu 3 langkah sebagai berikut :
a. Langkah memberi asosiasi atau menunjukan,
b. Langkah mengenal,
c. Langkah mengingat.
Berikut diberikan sebuah contoh dalam melatih warna dengan langkah langkah tersebut.
1) Langkah menunjukkan.
Guru sambil memperhatikan kertas merah, mengatakan : “ini merah!” Begitu pula warna lain : putih, hijau, kuning, dan sebagainya.
2) Langkah mengenal.
Guru mengacaukan kertas–kertas berwarna itu dan kemudian berkata:”Ambilah merah!”.
3) Langkah Mengingat.
Dari kertas-kertas berwarna yang dikacaukan tadi guru mengambil sehelai dan bertanya : “Ini warna apa?”.
2. Model Pembelajaran Proyek.
Hal utama yang menjadi perhatian dari model pembelajaran proyek adalah pusat minat anak. Di bawah ini adalah dasar penentuan minat anak :
Adanya ketertarikan anak pada tema atau pokok masalah yang ditentukan.
Tema atau pokok masalah hendaknya didasarkan pada perkembangan anak.
Tema atau pokok masalah hendaknya ditentukan berdasarkan keadaan lingkungan yang di sekitar anak.
Tema atau pokok masalah ditetapkan berdasarkan isi dari masing-masing bidang pengembangan.
Adapun tahapan kegiatan pembelajaran di model proyek yaitu :
Langkah Persiapan
Pendahuluan
Perjalanan Sekolah atau Survey
Pengolahan Masalah
Pameran
SATUAN KEGIATAN HARIAN (PENGAJARAN PROYEK)
Hari/Tanggal : Senin-Selasa/4-5 Juli 2009
Tema/Sub Tema : Tanaman/Bagian-tanaman (3 Minggu)
Kelompok :
Semester/Minggu : I/ke-1
SENTRA/AREA PENGEMBANGAN | Kompetensi | Metode | Media & Sumber | Kegiatan Pembelajaran | Penilaian perkembangan |
A. PersiapanMengelompokan anak Menyiapkan bahan | |||||
Bahasa | SP-1/PD-2/I-1 (…………) SP-2/PD-3/I-1 (………….) | Tanya Jawab | Gambar Tanaman Gambar Keajaiban Tanaman | B. PendahuluanPercakapan pagi : Bagian-bagian tanaman dan fungsinya | Tes Lisan |
Sains | C . Observasi Mengamati bagian tanaman | ||||
Sains Seni | D. Pengolahan Masalah Menyebutkan bagian-bagian tanaman. PT/PL Membuat hiasan dari daun kering | ||||
Seni | Resitasi | Bentuk Daun kering | E. PameranAnak mendisplay hasil karya | Produk :…….. | |
D. Penutup | |||||
Bernyanyi & mengucapkan syair “Kebunku” |
3. Model Pembelajaran Sentra.
Beberapa hal yang menjadi ciri khas pembelajaan sentra yaitu classroom managementnya. Ruang kelas dalam model ini merupakan sebuah ruangan yang luas yang terdiri beberapa sentra sebagai tempat kegiatan anak. Penamaan sentra disesuaikan dengan konsep yang dikembangkan oleh lembaga pendidikan tersebut.
Untuk anak didik, setiap anak akan memperoleh tugas dan penjelasan secara garis besar dalam bentuk pengajaran klasikal tentang bahan pengajaran pada suatu sentra/area bidang pengembangan. Masing-masing anak dapat memilih sentra/area yang akan diikuti terlebih dahulu.
SATUAN KEGIATAN HARIAN (PEMBELAJARAN SENTRA/AREA)
Hari/Tanggal : Senin-Selasa/4-5 Juli 2009
Tema/Sub Tema : Tanaman/Bagian-tanaman (3 Minggu)
Kelompok :
Semester/Minggu : I/ke-1
SENTRA PENGEMBANGAN | Kompetensi | Metode | Media & Sumber | Kegiatan Pembelajaran | Penilaian perkembangan |
A. Pembukaan | |||||
Moral Agama | SP 2/PD 2/I-1 (…………) SP-2/PD-3/I-1 (………….) | Tanya Jawab | Gambar Tanaman Gambar Keajaiban Tanaman | Percakapan pagi : Tuhan memberikan kemampuan pada manusia untuk membuat sesuatu. | Tes Lisan |
B. Inti | |||||
AREA Seni (Art) | PT membuat lipatan bunga PT membuat asesoris dari daun kering | ||||
AREA Kognitif (Math) | Resitasi | Bentuk Daun kering | PT/PL membilang jumlah daun | Proses :…….. | |
AREA Kognitif (Sains) | PT/PL Mengelompokan daun berdasar bentuk dan ukuran | ||||
C. Istirahat | |||||
Sosial-Emosi | |||||
D. Penutup | |||||
Seni (Musik) | Bernyanyi & mengucapkan syair “Kebunku” |
4. Model Pembelajaran Spielformen
Langkah-langkah penyusunan perencanaan dalam model pembelajaran spielformen :
Perhatikan komposisi Indikator dalam Silabus.
Tentukan fokus Indikator yang dapat dikembangkan dengan spielformen (terutama pada bidang Seni (Art).
Rancanglah bentuk permainan spielformen pada indikator tersebut sebagai kegiatan inti (utama).
Buatlah bentuk permainan pada masing-masing kemampuan lainnya dengan titik tolak pada permainan pokok.
Susunlah hasil spielformen anak dalam tempat pemajangan hasil karya anak.
Contoh-Contoh Rencana Pembelajaran Konstruktivisme
SATUAN KEGIATAN HARIAN (PEMBELAJARAN SPIELFORMEN)
Hari/Tanggal : Senin-Selasa/2-3 Februari 2009
Tema/Sub Tema : Tanaman/Bagian-tanaman (3 Minggu)
Kelompok :
Semester/Minggu : I/ke-1
Bidang Pengembangan | Standar Kompetensi | Metode | Teknik | Media & Sumber | Kegiatan Pembelajaran | Penilaian perkembangan |
A. Pembukaan | ||||||
Moral Agama | SP 1/PD 2/I-1 (…………) SP-2/PD-3/I-1 (………….) | Tanya Jawab | - membuka pelajaran - berempati - penguatan - bertanya | Gambar Tanaman Gambar Keajaiban Tanaman | Percakapan pagi : Allah SWT. memberikan kemampuan pada manusia untuk membuat sesuatu. | Tes Lisan : 0 (Bony, Efi) V 0 (Devi) |
Bahasa | KD/HB-1/I-3 (Menyebutkan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama) | Bercerita Tanya jawab | - variasi - ekspresi | Gambar Tanaman dan bagiannya Kartu Suku kata | Bercerita tentang keindahan bunga | Lisan/Perbuatan Kinerja (Performansi) 0 ( Aisyah, bony ) V 0 ( ) |
B. Inti | ||||||
Seni (Art) (Spielformen) | - eksplorasi sumber bel - membimb diskusi - klasikal - individu | PT membuat lipatan bunga PT membuat asesoris dari daun kering | Portofolio : Produk (Hasil) 0 ( Ety, Sri ) V 0 ( Titin, Nenen) | |||
Kognitif (Math) | Resitasi | Bentuk Daun kering | PT/PL membilang jumlah daun | Tes Perbuatan : Proses & produk | ||
Kognitif (Sains) | PT/PL Mengelompokan daun berdasar bentuk dan ukuran | |||||
C. Istirahat | ||||||
Sosial-Emosi | ||||||
D. Penutup | ||||||
Seni (Musik) | Bernyanyi & mengucapkan syair “Kebunku” |
5. Model Pembelajaran Alam.
Salah satu yang membedakan model pembelajaran ini dangan yang lain yaitu tertelak pada tahapan pembelajarannya. Model pembelajaran alam terdiri dari 5 tahapan yaitu :
a. Penentuan minat anak.
b. Melakukan perjalanan sekolah.
c. Pembahasan hasil pengamatan.
d. Menceritakan lingkungan yang diamati.
e. Kegiatan ekspresi.
SATUAN KEGIATAN HARIAN (PENGAJARAN ALAM)
Hari/Tanggal : Senin-Selasa/4-5 Juli 2009
Tema/Sub Tema : Tanaman/Bagian-tanaman (3 Minggu)
Kelompok :
Semester/Minggu : I/ke-1
SENTRA/AREA PENGEMBANGAN | Kompetensi | Metode | Media & Sumber | Kegiatan Pembelajaran | Penilaian perkembangan |
PersiapanMenyiapkan Peralatan Pembelajaran. | |||||
Bahasa | SP-1/PD-2/I-1 (…………) SP-2/PD-3/I-1 (………….) | Tanya Jawab | Gambar Tanaman Gambar Keajaiban Tanaman | A. Penentuan minat anak.Percakapan pagi : Bagian-bagian tanaman dan fungsinya | Tes Lisan |
Bahasa | B . Melakukan perjalanan sekolah. Mengamati bagian tanaman di kebun sekolah. | ||||
Sains Sosial Seni | C. Pembahasan hasil pengamatan. Diskusi tentang bagian-bagian tanaman. D. Menceritakan lingkungan yang diamati. Menceritakan perjalanan ke kebun sekolah. PT/PL Membuat hiasan dari daun kering. | ||||
Seni | Resitasi | Bentuk Daun kering | E. Kegiatan EkspresiAnak mendisplay hasil karya | Produk :…….. | |
D. Penutup | |||||
Bernyanyi & mengucapkan syair “Kebunku” |
6. Model Pembelajaran Simbiotis
Model pengajaran simbiotis ini memberikan kesempatan anak untuk belajar dan bekerja, baik secara individu maupun kelompok. Dalam model pembelajaran ini ada tiga tahapan pembelajaran yang terdiri dari :
a. Observasi.
b. Asosiasi.
c. Ekspresi.
SATUAN KEGIATAN HARIAN (PENGAJARAN SIMBIOTIS)
Hari/Tanggal : Senin-Selasa/4-5 Juli 2009
Tema/Sub Tema : Tanaman/Bagian-tanaman (3 Minggu)
Kelompok :
Semester/Minggu : I/ke-1
SENTRA/AREA PENGEMBANGAN | Kompetensi | Metode | Media & Sumber | Kegiatan Pembelajaran | Penilaian perkembangan |
PersiapanMenyiapkan Peralatan Pembelajaran. | |||||
Bahasa | SP-1/PD-2/I-1 (…………) SP-2/PD-3/I-1 (………….) | Tanya Jawab | Gambar Tanaman Gambar Keajaiban Tanaman | PendahuluanPercakapan pagi : Bagian-bagian tanaman dan fungsinya | Tes Lisan |
Bahasa | A. Observasi Mengamati bagian tanaman di kebun sekolah. | ||||
Sains Seni | B. Asosiasi Diskusi tentang bagian-bagian tanaman. C. Ekspresi. PT/PL Membuat hiasan dari daun kering. | ||||
Penutup Bernyanyi & mengucapkan syair “Kebunku” |
7. Pendekatan BCCT.
Pendekatan Beyond Circle Centre Time (BCCT) sangat memperhatikan tahapan bermain anak. Oleh karena itu, jenis kegiatan main harus sesuai dengan perkembangan anak sehingga anak senang dan mau mematuhi peraturan yang diberikan. Tahapan kegiatan dalam pendekatan BCCT terdiri dari :
a. Main pembukaan.
Setelah waktu yang ditentukan tiba, anak diajak dalam lingkaran, untuk menyanyikan lagu anak-anak dan berdoa pembukaan lalu menyebutkan kegiatan pembuka yang akan dilakukan antara lain dapat bernyanyi bersama, mendongeng, berdiskusi dan lain-lain.
b. Kegiatan inti di masing-masing sentra yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
- Pijakan pengalaman sebelum bermain.
a. Pendidik dan anak duduk melingkar. Pendidik memberi salam dan menanyakan kabar anak-anak.
b. Pendidik meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja yang hadir hari ini (mengabsen).
c. Berdoa bersama.
d. Pendidik menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan anak.
e. Pendidik bercerita yang terkait dengan tema dan alat mainan yang disediakan.
f. Pendidik menyampaikan bagaimana aturan main, memilih teman main, memilih mainan, cara menggunakan alat mainan, kapan memulai dan mengakhiri bermain dan cara merapikan kembali alat mainan yang sudah dimainkan.
g. Mempersilahkan anak untuk mulai bermain.
- Pijakan pengalaman saat bermain.
a) Berkeliling untuk memberi pijakan selama main kepada anak
b) Memberikan waktu kepada anak untuk mengelola dan memperluas pengalaman main
c) Memberi pijakan pada anak dengan bertanya
d) Mencontohkan komunikasi yang tepat
e) Memperkuat dan memperluas bahasa anak
f) Meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui dukungan pada hubungan teman sebaya
g) Mengamati dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan anak.
- Pijakan pengalaman setelah bermain.
Anak-anak di masing-masing sentra dikumpulkan kembali menjadi satu lingkaran. Pendidik menanyakan pada setiap anak tentang kegiatan main yang tadi dilakukan.
Pentingnya perencanaan sebagai bagian dari proses pembelajaran mengharuskan pendidik memiliki pengetahuan dan juga keterampilan dalam menyusun dan mengembangkan perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan acuan yang berlaku. Selain itu, pendidik juga harus memperkaya pengetahuannya tentang berbagai macam penyusunan perencanaan pembelajaran dengan berbagai pendekatan, seperti pendekatan model pembelajaran.
Panduan perencanaan pembelajaran ini disusun untuk memenuhi kebutuhan para pendidik dalam membuat perencanaan pembelajaran sebagai tuntutan profesionalitas para pendidik. Dalam pelaksanaannya, panduan ini memberikan beberapa referensi dan bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan. Untuk pengembangan perencanaan pembelajaran selanjutnya diserahkan pada pihak penyelenggara kelompok bermain.
Format contoh silabus 1 Tematis :
PENYUSUNAN SILABUS
Tema : Plants (Kangkung & Jahe)
Alokasi waktu : 4 Minggu
Kelompok : B
Bulan/Minggu ke- : Desember 08
KOMPONEN | BAHASA | MATEMATIKA | AL - ISLAM | SAINS. | SENI | SOSIAL STUDI |
Tujuan | { Meyakini keberadaan Allah SWT yang menciptakan Tanaman. { Membaca dan memaknai ayat Al-Qur-an ttg tanaman. { | { Melafalkan dengan benar wacana tentang “akibat tanaman ditebang { Memberikan jawaban atau komentar tentang wacana yang dibaca { Membuat beberapa pertanyaan dan jawaban sebab akibat tenaman di tebang | { Anak dapat mem-buat laporan seder-hana tentang proses pertumbuhan beberapa tanaman. { Anak dapat menyu-sun deskripsi fungsi bagian-bagian tanaman. { Anak dapat mencoba cara-cara merawat tanaman. { Anak mengamati cara mengolah tanaman menjadi berbagai bentuk yang bermanfaat | |||
Konsep | { Allah SWT. Maha pencipta dalam menciptakan berbagai ragam jenis tanaman { Semua jenis tanaman yang diciptakan Allah tidak sia-sia, sekalipun rumput. { Mensyukuri tanaman berbagai jenis yang bermanfaat | { Membuat dafta kosa kata tanaman { Membuat puisi tentang Bunga | { Tanaman dapat tumbuh dengan berbagai ukuran. { Tanaman membutuhkan air, tanah dan pupuk untuk tumbuh dengan baik. { Setiap tanaman mempunyai bagian-bagian yang mempunyai fungsi yang berbeda. { Ukuran daun berbeda antara tanaman satu dengan lainnya. { Tanaman dapat diolah menjadi makanan, obat dan hiasan. | |||
Kompetensi | PD2/I 1 (I-2 …………..) PD3/HB2 (I-4 …………..) KD4/HB1 (I-3 …………..) | KD1/HB1 (I-3 …………..) KD2/HB2 (I-2 …………..) KD4/HB2 (I-3 …………..) | KD2/HB2 (I-2 …………..) KD3/HB1 (I-4 …………..) KD4/HB2 (I-3 …………..) | |||
Metode Pembelajaran | Pilih salah satu model konstruktivisme | Pilih salah satu model konstruktivisme | Pilih salah satu model konstruktivisme | |||
Media & Sumber Belajar |
|
|
| |||
KOSA KATA | Al-Qur’an Buku paket | Buku teks | Akar, biji-bijian, tanaman (bakal, muda dan dewasa), pupuk, tanah, air | |||
Hari | ||||||
Senin | ||||||
Selasa | ||||||
Rabu | ||||||
Kamis | ||||||
Jum’at |
Daftar Pustaka :
Charles Wolfgang, and Mary E. wolfgang. School for Young Children : Developmentally Appropriate Practices. (Needham Heights, Florida Universsity : Allyn and Bacon, 1992).
Carrol Cattron, and Jan Allen. Early Childhood Curriculum, Second Edition. (New Jersey : Merril an Imprint of Pretice Hall, 1993).
Celia Anita Decker, and John R. Decker. Planning and Administering Early Childhood Education Programs, fifth edition. (New york : merril an George Imprint of Macmillan Publishing Company, 1992).
Hapidin. Model-Model Pendidikan Untuk Anak Usia Dini. (Jakarta : Ghiyats Alfiani Press -2000).
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997)